Kisah Inspirasi: Sebuah kisah nyata. Sudah berkorbankan kita untuk orang tua kita ? atau sesungguhnya kita hanya menjadi anak yang menyebalkan dan merepotkan orang tua ?. simak cerita berikut ini..
Sebuah kisah nyata. Sudah berkorbankan kita untuk orang tua kita ? atau sesungguhnya kita hanya menjadi anak yang menyebalkan dan merepotkan orang tua ?. simak cerita berikut ini..
Salah satu da’i berkata, “Ada seorang laki-laki memiliki hutang, dan
pada suatu hari datanglah kepadanya pemilik hutang, kemudian mengetuk
pintunya. Selanjutnya salah seorang putranya membukakan pintu untuknya.
Dengan tiba-tiba, orang itu mendorong masuk tanpa salam dan
penghormatan, lalu memegang kerah baju pemilik rumah seraya berkata
kepadanya, “Bertakwalah kepada Allah, bayar hutang-hutangmu, sungguh aku
telah bersabar lebih dari seharusnya, kesabaranku sekarang telah habis,
sekarang kamu lihat apa yang kulakukan terhadapmu hai laki-laki?!
Pada saat itulah sang anak ikut campur, sementara air mata mengalir
dari kedua matanya saat dia melihat ayahandanya ada pada kondisi terhina
seperti itu.
Dia berkata,”Berapa hutang yang harus di bayar
ayahku?’
Dia menjawab,”Tujuh puluh ribu real.”
Berkata
sang anak,”Lepaskan ayahku, tenanglah, bergembiralah, semua akan
beres.”
Lalu masuklah sang anak kekamarnya, dimana dia telah
mengumpulkan sejumlah uang yang bernilai 27 ribu Real dari gajinya untuk
hari pernikahan yang tengah ditunggunya. Akan tetapi dia lebih
mementingkan ayahanda dan hutangnya daripada membiarkan uang itu di
lemari pakaiannya. Sang anak masuk ke ruangan lantas berkata kepada
pemilik hutang, “Ini pembayaran dari hutang ayahku, nilainya 27 ribu
Real, nanti akan datang rizki, dan akan kami lunasi sisanya segera dalam
waktu dekat Insya Allah.”
Di saat itulah, sang ayah menangis
dan meminta kepada lelaki itu untuk mengembalikan uang itu kepada
putranya, karena ia membutuhkannya, dan dia tidak punya dosa dalam hal
ini. Sang anak memaksa agar lelaki itu mengambil uangnya. Lalu melepas
kepergian lelaki itu di pintu sambil meminta darinya agar tidak menagih
ayahnya, dan hendaknya dia meminta sisa hutang itu kepadanya secara
pribadi.
Kemudian sang anak mendatangi ayahnya, mencium
keningnya seraya berkata, “Ayah, kedudukan ayah lebih besar dari uang
itu, segala sesuatu akan diganti jika Allah azza wa jalla memanjangkan
usia kita, dan menganugerahi kita dengan kesehatan dan ‘afiyah. Saya
tidak tahan melihat kejadian tadi, seandainya saya memiliki segala
tanggungan yang wajib ayah bayar, pastilah saya akan membayarkan
kepadanya, dan saya tidak mau melihat ada air mata yang jatuh dari kedua
mata ayah di atas jenggot ayah yang suci ini.”
Lantas sang
ayah pun memeluk putranya, sembari sesegukan karena tangisan haru,
menciumnya seraya berkata, “Mudah-mudahan Allah meridhai dan memberikan
taufiq kepadamu wahai anakku, serta merealisasikan segala cita-citamu.”
Pada hari berikutnya, saat sang anak sedang asyik melaksanakan
tugas pekerjaannya, salah seorang sahabatnya yang sudah lama tidak
dilihatnya datang menziarahinya. Setelah mengucapkan salam dan bertanya
tentang keadaannya, sahabat tadi bertanya,
“Saudaraku, kemarin,
salah seorang manajer perusahaan memintaku untuk mencarikan seorang
laki-laki muslim, terpercaya lagi memiliki akhlak mulia yang juga
memiliki kemampuan menjalankan usaha. Aku tidak menemukan seorang pun
yang kukenal dengan kriteria-kriteria itu kecuali kamu. Maka apa
pendapatmu jika kita pergi bersama untuk menemuinya sore ini?”
Maka berbinar-binarlah wajah sang anak dengan kebahagiaan, seraya
berkata, “Mudah-mudahan ini adalah do’a ayah, Allah azza wa jalla
telah mengabulkannya.”
Maka dia pun banyak memuji Allah azza wa
jalla. Pada waktu pertemuan di sore harinya, tidaklah manajer tersebut
melihat kecuali dia merasa tenang dan sangat percaya kepadanya, dan
berkata, “Inilah laki-laki yang tengah kucari.”
Lalu dia
bertanya kepada sang anak, “Berapa gajimu?”
Dia menjawab,
“Mendekati 5 ribu Real.” Dia berkata, “Pergi besok pagi, sampaikan
surat pengunduran dirimu, gajimu 15 ribu Real, bonus 10% dari laba, dua
kali gaji sebagai tempat dan mobil, dan enam bulan gaji akan di bayarkan
untuk memperbaiki keadaanmu.”
Tidaklah pemuda itu
mendengarnya, hingga dia menangis sambil berkata, “Bergembiralah wahai
ayahku.” Manajer pun bertanya kepadanya tentang sebab tangisannya.
Maka pemuda itu pun menceritakan apa yang telah terjadi dua hari
sebelumnya. Maka manajer itu pun memerintahkan untuk melunasi
hutang-hutang ayahnya. Adalah hasil dari labanya pada tahun pertama,
tidak kurang dari setengah milyar Real Berbakti kepada kedua orang tua
adalah bagian dari ketaatan terbesar, dan bentuk taqarrub kepada Allah
azza wa jalla yang teragung.
Dari hadits Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal mana yang paling dicintai oleh
Allah?” Maka beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Kukatakan lagi,
“Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.”
Kukatakan, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan
Allah.” [HR.al Bukhari & Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar